Alquran dan al-Sunnah sesungguhnya tidak membedakan antara ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum. Yang ada dalam Alquran adalah ilmu. Pembagian adanya ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu umum adalah merupakan hasil kesimpulan manusia yang mengidentifikasi ilmu berdasarkan objek kajiannya. [1]
Semua ilmu yang ada pada hakekatnya berasal dari Allah, karena sumber-sumber ilmu tersebut berupa wahyu, alam jagat raya (termasuk hukum-hukum yang ada di dalamnya), manusia dengan perilakunya, akal pikiran dan intusi batin seluruhnya ciptaan dan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia. Dengan demikian, para ilmuan dalam berbagai bidang ilmu tersebut sebenarnya bukan pencipta ilmu tetapi penemu ilmu, penciptanya adalah Tuhan. Atas dasar tauhid tersebut maka seluruh ilmu hanya dibedakan dalam nama dan istilahnya saja, sedangkan hakekatnya dan substansi sebenarnya berasal dari Tuhan. Atas dasar pandangan ini, maka tidak ada pandangan dikotomis yang mengistimewakan antara ilmu atas ilmu yang lain.[2]
Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum, hal ini berdasarkan pada :
1. Didalam ajaran Islam, setiap penganutnya diajurkan agar meraih kebahagiaan hidup yang seimbang antara dunia dan akhirat. Hal tersebut berdasarkan atas Al Quran yaitu :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashah ayat 77).
Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka". (QS. Al-Baqarah ayat 201).
2. Allah melarang seseorang mengatakan sesuatu yang ia sendiri tidak mengetahui keadaan sesungguhnya dari yang dikatakannya. Bahwa manusia harus memiliki pengetahuan tentang apa yang dikatakannya. Dengan kata lain seseorang tidak boleh taklid buta, karena apa yang kita katakan akan diminta pertanggungjawabannya di sisi Tuhan. Hal ini berdasarkan atas ayat Al Quran yaitu :
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra’ ayat 36).
Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang jahat. (QS. Al-Hajj ayat 3)
3. Al-quran berbicara tentang objek ilmu agama ilmu agama dan ilmu umum.
Menurut HM. Quraish Shihab, bahwa kata “ilmu” dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Quran. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. Bahwa ilmu dari segi bahasa berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar hanya mempunyai ciri kejelasan. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Dari ayat-ayat tersebut diantaranya ada yang berbicara tentang objek ilmu pengetahuan. Diantara objek-objek ilmu pengetahuan tersebut ada yang dinisbahkan kepada Allah. [3]
Bahwa antara agama dan ilmu pengetahuan saling membutuhkan, dan tidak bertantangan. Hal ini dapat dikemukakan sebagai berikut.
- Agama menyuruh manusia berpikir, menggunakan akal pikiran dan sgenap potensi lainnyanyang dimiliki sebagaimana tercermin pada ayat-ayat Alquran yang menggunakan istilah tatafakkarun, tatadabbarun, tatazakkarun, ta’akkul, tafaquuh, intidzar, iqra, tafahhum, tabassarun, dan seterusnya.
- Didalam wahyu terdapat perintah Allah untuk melaksanakan ibadah, mengolah alam dalam rangka pelaksanaan fungsi sebagai khalifah di muka bumi, memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan lain sebagainya. Untuk dapat melaksanakan semua perintah agama ini jelas membutuhkan agama.
- Agama berisikan ajaran tentang moralitas dan akhlak mulia ; seperti ajaran tentang bersyukur dan ibadah kepada Allah, berbuat shalih dan hal-hal yang bermanfaat dan berguna bagi kehidupan manusia. Agamalah yang memberi landasan dan arah bagi penggunaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Agama berfungsi membenarkan, melengkapi dan mengoreksi terhadap berbagai temuan dalam bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa jadi sampai kepada kebenaran yang sesuai dengan yang dinyatakan dalam agama.
- Agama berbicara tentang kebahagiaan hidup di duniah dan di akhirat. Kehidupan di dunia harus menjadi sarana atau media untuk mencapai hidup bahagia di akhirat. Maka untuk mencapainya memerlukan ilmu pengetahuan. [4]
Dari sini tampak jelas bahwa tidak ada dikotomi antara agama dan ilmu. Agama dan ilmu merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, karena ketika kita membiarkannya berjalan terpisah, hal itu merupakan malapetaka bagi manusia itu sendiri. Tentunnya kita bisa membayangkan bagaimana jika ilmu lepas dari agama, bagaimana jika kloning diterapkan pada manusia, bagaimana jika peledakan nuklir dibenarkan dengan alasan uji coba, walaupun hal itu akan semakin memajukan ilmu pengetahuan, padahal kita tahu bahwa hal itu jelas melanggar nilai-nilai kemanusiaan yang tentunya selalu dijaga oleh ajaran agama manapun. [5]
Maka antara ilmu agama dan ilmu umum haruslah diintegrasikan atau tidak boleh ada dokotomi dalam ilmu pengetahuan. Antara ilmu agama dan ilmu umum darus dipandang setara kedudukannya, karena dalam islam tidak membedakan kedudukan keduanya. Ilmu agama dan ilmu umum, keduanya wajib dipelajari dan islam memandang ilmu-ilmu umum lebih rendah hierarki dibanding ilmu agama. [6]
"Barakallahu Fiikum. Agaknya lebih tepat kalau kita menggunakan istilah "Ilmu Ghoiru Syar'iy atau Ilmu Dunia" untuk kategori ilmu "umum", seperti yang antum tulis.
BalasHapusBarakallah..... Semoga ilmu yang kita pelajari bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Amin
BalasHapus